TUGAS KELOMPOK ILMU BUDAYA DASAR
“ANALISIS KASUS DUGAAN PENISTAAN
AGAMA YANG DILAKUKAN AHOK DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ILMU BUDAYA DASAR”
NAMA KELOMPOK:
-DESIRE VERONICA
-DIMAS AJIE PANGESTU
-FEBRI KURNIAWAN
-NURUL HIDAYAH
-RINI DARAINI
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS
EKONOMI
MANAJEMEN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah tentang “ Pengaruh lingkungan keluraga terhadap hubungan orang
tua dan anak “ ini dapat diselesaikan.
Pada
kesempatan ini, Kami tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini terutama untuk
Dosen kami, selaku Pembimbing Mata Kuliah perkembangan peserta
didik, Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan serta teman-teman yang
telah membantu.
Dengan
penuh kesadaran bahwa tak ada gading yang tak retak, maka makalah ini pun tidak
luput dari segala kekurangan. Segala kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan makalah ini sangat
kami harapkan.
Kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita pada umumnya dan bagi kami
khususnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam era zaman yang sekarang ini, media social sangatlah
marak penggunanya dan banyak isu-isu yangbertebaran tentang masalah ahok ini ,
sudah dijelaskan dalam akun media socialnya milik ahok bahwa ia tidak bermaksud
menistakan agama, tetapi ormas islam tetap elaporkan ahok ke
polisi.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya permasalahan ini
hanyalah soal pengucapan bahasa dan pemahaman , berikut kita lihat
uraianbsedikit mengenai surat al-maidah ayat 51 yang dimulai dari terjemahannya
:
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian
yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Maidah: 51)
Dari kutipan surat diatas jelas
bahwa dilarang memilih pemimpin dari golongan non muslim, terlepas dari itu
apakah pernyataan tersebut mengajak masyaratkat ataukah ada tujuan lain.
Adapun pertanyaan yang dapat
diambil dari sini adalah :
“Apakah ahok mngetahui sejarah
mendalam surat al-maidah ayat 51 atau tafsiran ayatnya secara mendalam? Mungkin
saat ahok berkata-kata soal dibohongi pake al-maidah , ia hanya berkata lurus
saja dengan pengetahuannya soal memilih pemimpin?’
Menurut Peneliti
Bahasa, Badan Bahasa Kemendikbud (Ralat: Sebelumnya tertulis Kepala Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) Yeyen
Maryani, kata dibohongi adalah kalimat yang pasif.
"Jadi dibohongi itu kan kalimat pasif. Sebetulnya ada subjeknya yang dihilangkan. Di dalam konteks sebelumnya itu adalah bapak ibu gitu ya, bapak ibu dibohongin itu sebagai predikatnya pakai surat itu adalah keterangan. Dalam konteks itu berarti yang dimaksudkan dibohongin dengan menggunakan. Jadi itu ayat itu dipakai sebagai alat membohongi bapak ibu yang di dalam konteks sebelumnya itu, gitu," papar Yeyen kepada KBR, Selasa (1/11/2016).
"Jadi dibohongi itu kan kalimat pasif. Sebetulnya ada subjeknya yang dihilangkan. Di dalam konteks sebelumnya itu adalah bapak ibu gitu ya, bapak ibu dibohongin itu sebagai predikatnya pakai surat itu adalah keterangan. Dalam konteks itu berarti yang dimaksudkan dibohongin dengan menggunakan. Jadi itu ayat itu dipakai sebagai alat membohongi bapak ibu yang di dalam konteks sebelumnya itu, gitu," papar Yeyen kepada KBR, Selasa (1/11/2016).
Yeyen menjelaskan
dari sisi bahasa harus melihat konteksnya mengacu kemana.
"Jadi dibohonginnya tidak mengacu pada ayatnya sebetulnya, tapi ayat itu dipakai sebagai alat untuk membohongi. Permasalahannya apakah yang membuat pernyataan itu, kan tidak menyatakan bahwa surat itu bohong kan gitu ya, tetapi menggunakan alat dengan ayat itu. Jadi memakai ayat itu sebagai alat membohongi orang, kan gitu maksud sintaksisnya," ujarnya.
Dalam transkrip yang beredar seputar ucapan Ahok di pulau Seribu tertulis, "Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya. Karena Dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macem-macem gitu lho (orang-orang tertawa). Itu hak bapak ibu, ya."
"Jadi dibohonginnya tidak mengacu pada ayatnya sebetulnya, tapi ayat itu dipakai sebagai alat untuk membohongi. Permasalahannya apakah yang membuat pernyataan itu, kan tidak menyatakan bahwa surat itu bohong kan gitu ya, tetapi menggunakan alat dengan ayat itu. Jadi memakai ayat itu sebagai alat membohongi orang, kan gitu maksud sintaksisnya," ujarnya.
Dalam transkrip yang beredar seputar ucapan Ahok di pulau Seribu tertulis, "Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya. Karena Dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macem-macem gitu lho (orang-orang tertawa). Itu hak bapak ibu, ya."
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya kita tidak haus menjadi sebuah ahli bahasa
ataupun lainnya untuk memahami ahok bersalah atau tidak, kita lihat saja dari
sudut pandang kita sendiri, sebenarnya tidak mungki seorang ahok yang mempunyai
jabatan bahkan akan mencalonkan diri lagi membom dirinya sendiri istilahnya ,
karena dia hidup di lingkungan yang agamanya mayoritas bahkan mencalonkan
menjadi pemimpin.
B. SARAN
Seharusnya dalam berkata-kata harus
memilih kata-kata yang baik dalam penyampaiannya agar tidak menimbulkan kesalah
pahaman seseorang, karena kata-kata itu lebih tajam dari sebilah pisau, sedikit
saja kita salah berkata akan beda makna dan pemahaman setiap orang.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar