TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
“MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP”
Nama : Nurul Hidayah
Kelas : 1ea30
Npm :15216620
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang “ Pengaruh lingkungan keluraga terhadap
hubungan orang tua dan anak “ ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, Kami tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini terutama
untuk Dosen kami, selaku Pembimbing Mata Kuliah perkembangan peserta
didik, Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan serta teman-teman yang
telah membantu.
Dengan penuh kesadaran bahwa tak ada gading yang tak retak, maka makalah
ini pun tidak luput dari segala kekurangan. Segala kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan makalah ini
sangat kami harapkan.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita pada umumnya dan
bagi kami khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pandangan Hidup
Pandangan Hidup dapat diartikan konsep yan g dimiliki seseorang atau
golongan di dalam masyarakat yang bermaksud menggapai dan menenrangkan segala masalah di dunia ini.
Pandangan hidup merupakan sebuah hasil penalaran,
pemikiran akal, sehingga dapat diakui kebenarannya. Kemudian atas dasar
pemikiran ini manusia menggunaknnya sebagai pedoman, petunjuk, arahan dalam
kehidupannya. Pandangan juga dapat diartikan sebagai pertimbangan, pendapat
yang diperoleh dari hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah
dalam waktu dna tempat hidupnya yang dapat digunakan sebagai petunjuk hidup di
dunia.
B. Sumber – Sumber
Pandangan Hidup
a. Pandangan hidup sesuai dengan norma dan kebudayaan
yang terdapat di suatu Negara tersebut.
b. Pandangan hidup dari hasil renungan merupakan
pandangan hidup yang relative kebenarannya, pandangan ini juga berasal dari
kehidupannya.
c. Pandangan hidup dari agama yakni pandangan hidup yang
mutlak kebenrannya menurut agama.
C.
Cita- Cita
Pengertian tentang cita-cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan,
harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun
tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Apabila
cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu
disebut angan-angan. Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa
yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah
seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu bergantung dari tiga
faktor. - Faktor manusia - Faktor kondisi - Faktor tingginya cita-cita
D.
Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi
hidup. Dalm menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain
atau menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan sikap nonetis.
Sikap etis disebut juga sikap positif sedangkan sikap nonetis disebut juga
sikap negatif. Ada tujuh sikap etis, yaitu : sikap lincah, sikap tenang, sikap
halus, sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati, dan sikap bangga. Sedangkan
sikap nonetisada 6 yaitu : sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut,
sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap positif bagi bangsa Indonesia.
Sikap-sikap itu antara lain : sikap suka bekerja keras, sikap gotong royong,
menjaga hak dan kewajiban, sikap tolong menolong, dan sikap mengargai pendapat
orang lain. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya.
Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah
yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena
tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah
laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan,
lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami
etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat
menjadi tenang dan tentram.
Namun
demikian dibalik keragaman pendapat tersebut tampaknya ada satu benang merah
yang dipersamakan, yaitu adanya kesepakatan bahwa manifestasi sikap
tidak dapat dilihat secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih
dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Sikap manusia bukanlah suatu
konstruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan konstruk-konstruk lain, seperti dorongan, motivasi,
atau bahkan dengan nilai-nilai tertentu.
Motivasi
adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku
bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku
bermotivasi, sedang nilai-nilai sasarn adalah sasaran atau tujuan yang bernilai
terhadap mana berbagai pola sikap dapat diorganisir.
Dalam
buku Strategi Kebudayaan, Van Peursen melihat adanya tiga periode peralihan
mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga periode itu adalah tahap
mistis, tahap ontologi, dan tahap fungsional. Tahap mistis merupakansikap
manusia yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya.
Tahap ontologi adalah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan.
Sedangkan tahap fungsional merupakansikap dan alam pikiran yang semakin nampak
dalam diri manusia modern.
Sedangkan
menurut Frans Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang menjadi kendala
dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan sikap hidup yang tepat itu, bahaya
tersebut adalah nafsu dan pamrih. Nafsu merupakan perasaan-perasaan kasar yang
bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta
pada dunia lahir. Sedangkan pamrih adalah tindakan yang semata-mata
mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain.
Dalam
bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin dalam Falsafah Hidup
Orang Jawa, Soetrisno melihat adanya tiga nafsu yang begitu menonjolkan aspek
pamrih, antara lain: selalu ingin menang sendiri, selalu ingin benar sendiri,
dan hanya mementingkan kebutuhan sendiri.
E. Kebajikan atau kebaikan
pada hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai
dengan norma-norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut
kodratnya manusia itu baik dan makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya
manusia cenderung berbuat baik. Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus
melihat dari tiga segi, yaitu :
1. Manusia sebagai pribadi, Yang menentukan baik-buruknya
adalah suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang
perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri
sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia
seringkali tidak mau mendengarkan.
2. Manusia sebagai anggota
masyarakat, Yang
menentukan baik-buruknya adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia
adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Sebagai
anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan.
3. Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara
hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan
perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, harus
kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk
Hukum Tuhan atau Hukum agama.
Jadi, kebajikan itu adalah perbuatan
yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan Hukum Tuhan.
Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik,
ramah-tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu
kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya,
karena pelakunya orang-orang munafik yang bermaksud mencari keuntungan diri
sendiri.
F. Usaha/perjuangan
kerja keras
untuk mewujudkan cita – cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk
melanjutkan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan,
perjuangan untuk hidup dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan
manusia tak dapat hidup sempurna. Apabila manusia ingin menjadi kaya, ia harus
kerja keras. Bila seseorang ingin menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan
mengikuti semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan denga
otak/ilmu atau jasmani/tenaga, dan bisa juga keduanya. Para ilmuwan lebih
banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada jasmani/tenaganya. Sebaliknya
buruh bekerja keras dengan jasmani/tenaganya daripada otaknya. Kerja keras pada
dasarnya menghargai dan menigkatkan harkat dan martabat manusia. Pemalas
membuat manusia itu miskin, melarat dan tidak mempunyai harkat dan martabat.
Karena itu tidak boleh bermalas – malasan, bersantai – santai dalam hidup ini.
Santai dan istirahat ada waktunya dan
manusia yang mengaturnya.
G. Pengertian kepercayaan/Keyakinan
Keyakinan : Suatu
sikap yang ditunkukkan oleh manusia sat ia mersa cukup tahu dan menyimpulkan
bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.
Kepercayaan : Suatu keadaan psikologis pada saat
seseorang mengaggap suatu premisi benar, jika kita yakin dalam suatu hal maka
kepercayaan akan muncul.
H.
Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik
Manusia pasti
mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita
memperlakukan pandangan hidup tergantung pada orang yang bersangkutan. ada yang
menjadikan pandangan hidup sebagai saranya mencapai tujuan dan lain sebagainya.
pandangan hidup sebahgai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik
adapun langkah-langkah itu sebagai berikut:
1. Mengenal
2. Mengerti
3. Menghayati
4. Meyakini
5. Mengabdi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar